Malam Brebes dan Cirebon Bergetar! BRIN Pastikan Cahaya dan Dentuman Misterius Itu Meteor Jatuh di Laut Jawa
- pexel @Narsimha Rao Mangu
BRIN memastikan fenomena cahaya dan dentuman di langit Cirebon berasal dari meteor besar yang jatuh di Laut Jawa. BMKG juga mencatat getaran seiring munculnya bola api di atmosfer
Viva, Banyumas - Warga Cirebon, Jawa Barat, dibuat geger oleh munculnya cahaya terang menyerupai bola api dan dentuman keras pada Minggu malam (5/10).
Fenomena misterius itu sempat memunculkan berbagai spekulasi, mulai dari ledakan pesawat hingga aktivitas vulkanik.
Namun, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa sumber cahaya dan suara tersebut berasal dari meteor besar yang jatuh di Laut Jawa.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Profesor Thomas Djamaluddin, mengungkapkan kesimpulan itu setelah menganalisis data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta berbagai kesaksian warga.
“Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas di wilayah Kuningan–Kabupaten Cirebon dan jatuh di Laut Jawa,” ujar Thomas, Minggu (5/10) dikutip dari Viva.
Menurut Thomas, analisis ilmiah menunjukkan adanya kesesuaian waktu antara munculnya bola api di langit dan terdeteksinya getaran oleh sensor BMKG Cirebon (ACJM) pada pukul 18.39 WIB.
Beberapa warga juga melaporkan melihat cahaya meluncur cepat di langit, sementara rekaman CCTV menunjukkan bola api tersebut muncul sekitar pukul 18.35 WIB.
Dentuman keras yang terdengar di wilayah Kuningan dan Cirebon, kata Thomas, merupakan akibat gelombang kejut dari meteor besar yang menembus atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi.
“Fenomena ini tergolong langka, tapi wajar terjadi karena setiap tahun bumi dilewati serpihan asteroid yang sebagian terbakar di atmosfer,” jelasnya.
Sementara itu, BMKG memastikan bahwa tidak ada aktivitas meteorologis yang bisa menjelaskan fenomena tersebut.
“Citra satelit menunjukkan kondisi langit cerah berawan, sehingga dapat dipastikan cahaya dan dentuman bukan berasal dari cuaca,” tulis BMKG dalam laporan awalnya.
Fenomena meteor ini menjadi bukti betapa aktifnya ruang angkasa di sekitar bumi.
Meskipun sebagian besar meteor akan terbakar habis sebelum menyentuh permukaan, meteor berukuran besar dapat menghasilkan ledakan sonik yang terdengar hingga puluhan kilometer.
Para ahli BRIN kini terus memantau area Laut Jawa untuk memastikan tidak ada sisa material meteor yang jatuh.
Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya sistem pemantauan antariksa nasional guna mendeteksi lebih dini potensi benda langit berbahaya
BRIN memastikan fenomena cahaya dan dentuman di langit Cirebon berasal dari meteor besar yang jatuh di Laut Jawa. BMKG juga mencatat getaran seiring munculnya bola api di atmosfer
Viva, Banyumas - Warga Cirebon, Jawa Barat, dibuat geger oleh munculnya cahaya terang menyerupai bola api dan dentuman keras pada Minggu malam (5/10).
Fenomena misterius itu sempat memunculkan berbagai spekulasi, mulai dari ledakan pesawat hingga aktivitas vulkanik.
Namun, peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memastikan bahwa sumber cahaya dan suara tersebut berasal dari meteor besar yang jatuh di Laut Jawa.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa BRIN, Profesor Thomas Djamaluddin, mengungkapkan kesimpulan itu setelah menganalisis data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta berbagai kesaksian warga.
“Saya menyimpulkan itu adalah meteor cukup besar yang melintas di wilayah Kuningan–Kabupaten Cirebon dan jatuh di Laut Jawa,” ujar Thomas, Minggu (5/10) dikutip dari Viva.
Menurut Thomas, analisis ilmiah menunjukkan adanya kesesuaian waktu antara munculnya bola api di langit dan terdeteksinya getaran oleh sensor BMKG Cirebon (ACJM) pada pukul 18.39 WIB.
Beberapa warga juga melaporkan melihat cahaya meluncur cepat di langit, sementara rekaman CCTV menunjukkan bola api tersebut muncul sekitar pukul 18.35 WIB.
Dentuman keras yang terdengar di wilayah Kuningan dan Cirebon, kata Thomas, merupakan akibat gelombang kejut dari meteor besar yang menembus atmosfer bumi dengan kecepatan tinggi.
“Fenomena ini tergolong langka, tapi wajar terjadi karena setiap tahun bumi dilewati serpihan asteroid yang sebagian terbakar di atmosfer,” jelasnya.
Sementara itu, BMKG memastikan bahwa tidak ada aktivitas meteorologis yang bisa menjelaskan fenomena tersebut.
“Citra satelit menunjukkan kondisi langit cerah berawan, sehingga dapat dipastikan cahaya dan dentuman bukan berasal dari cuaca,” tulis BMKG dalam laporan awalnya.
Fenomena meteor ini menjadi bukti betapa aktifnya ruang angkasa di sekitar bumi.
Meskipun sebagian besar meteor akan terbakar habis sebelum menyentuh permukaan, meteor berukuran besar dapat menghasilkan ledakan sonik yang terdengar hingga puluhan kilometer.
Para ahli BRIN kini terus memantau area Laut Jawa untuk memastikan tidak ada sisa material meteor yang jatuh.
Fenomena ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya sistem pemantauan antariksa nasional guna mendeteksi lebih dini potensi benda langit berbahaya