Filosofi Seduluran Selawase yang Ubah Wajah Desa Sumber Magelang Jadi Tangguh Bencana

Solidaritas Desa Sumber lereng Merapi Magelang
Sumber :
  • Pemkab Magelang

Desa Sumber, Magelang, membuktikan bahwa ketangguhan bencana dibangun lewat solidaritas. FilosofiSeduluran Selawase” menginspirasi sistem kesiapsiagaan berbasis komunitas

Viva, Banyumas - Di balik ketangguhan Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, dalam menghadapi ancaman erupsi Gunung Merapi, tersimpan filosofi sederhana namun kuat: “Kenal pisan, seduluran selawase”.

Ungkapan Jawa ini berarti “sekali kenal, bersaudara selamanya” — dan menjadi roh dari keberhasilan desa ini membangun jejaring kesiapsiagaan lintas wilayah. Sejak erupsi besar Merapi tahun 2010, Desa Sumber belajar dari kekacauan pengungsian yang terjadi tanpa koordinasi.

Dari pengalaman pahit itu, lahirlah gagasan “Paseduluran Desa” atau Sister Village, sebuah sistem kolaborasi antara desa rawan bencana dengan desa penyangga yang lebih aman. Tujuannya sederhana: memastikan evakuasi berjalan lancar, warga terlindungi, dan bantuan saling mengalir tanpa birokrasi rumit.

Salah satu penggerak utama program ini adalah Eko Kalisno, Sekretaris Desa Sumber. Ia menuturkan bahwa hubungan antar desa bukan hanya sebatas program pemerintah, tetapi ikatan sosial yang dijaga dengan keikhlasan.

“Kami tidak hanya menunggu arahan BPBD. Setelah MoU selesai, kami tetap berkunjung, berkoordinasi, dan saling bantu,” ujarnya dikutip dari Pemkab Magelang.

Melalui Paseduluran Desa, Sumber menjalin kemitraan erat dengan Desa Pucungrejo dan Desa Ngawen.

Awalnya, kerja sama berfokus pada mitigasi bencana, namun berkembang menjadi kolaborasi lintas bidang — mulai dari seni, budaya, hingga ekonomi kreatif. Warga dari ketiga desa rutin menggelar pertunjukan budaya, pelatihan kesenian, hingga kegiatan sosial bersama.

Filosofi “Seduluran Selawase” juga melahirkan berbagai inovasi inklusif. Melalui Program Pionnir (Partner of Inclusion), kelompok disabilitas dilibatkan aktif dalam sistem penanggulangan bencana. Mereka ikut dalam simulasi evakuasi, pelatihan kesiapsiagaan, bahkan tampil dalam pementasan ketoprak bertema kebencanaan.

Hasilnya nyata. Desa Sumber kini diakui sebagai salah satu desa tangguh bencana terbaik di Kabupaten Magelang.

Selain lebih siap secara teknis, masyarakat juga semakin solid dan percaya diri menghadapi ancaman Merapi.

“Ketika Merapi aktif, warga tidak lagi panik. Semua sudah tahu harus ke mana dan apa yang dilakukan,” tutur Eko.

Lebih dari sekadar mitigasi, Paseduluran Desa membangun rasa persaudaraan dan empati lintas wilayah. Filosofi Seduluran Selawase telah mengubah wajah Desa Sumber — dari yang dulu rawan menjadi simbol gotong royong dan kesiapsiagaan berbasis hati nurani

Desa Sumber, Magelang, membuktikan bahwa ketangguhan bencana dibangun lewat solidaritas. FilosofiSeduluran Selawase” menginspirasi sistem kesiapsiagaan berbasis komunitas

Viva, Banyumas - Di balik ketangguhan Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, dalam menghadapi ancaman erupsi Gunung Merapi, tersimpan filosofi sederhana namun kuat: “Kenal pisan, seduluran selawase”.

Ungkapan Jawa ini berarti “sekali kenal, bersaudara selamanya” — dan menjadi roh dari keberhasilan desa ini membangun jejaring kesiapsiagaan lintas wilayah. Sejak erupsi besar Merapi tahun 2010, Desa Sumber belajar dari kekacauan pengungsian yang terjadi tanpa koordinasi.

Dari pengalaman pahit itu, lahirlah gagasan “Paseduluran Desa” atau Sister Village, sebuah sistem kolaborasi antara desa rawan bencana dengan desa penyangga yang lebih aman. Tujuannya sederhana: memastikan evakuasi berjalan lancar, warga terlindungi, dan bantuan saling mengalir tanpa birokrasi rumit.

Salah satu penggerak utama program ini adalah Eko Kalisno, Sekretaris Desa Sumber. Ia menuturkan bahwa hubungan antar desa bukan hanya sebatas program pemerintah, tetapi ikatan sosial yang dijaga dengan keikhlasan.

“Kami tidak hanya menunggu arahan BPBD. Setelah MoU selesai, kami tetap berkunjung, berkoordinasi, dan saling bantu,” ujarnya dikutip dari Pemkab Magelang.

Melalui Paseduluran Desa, Sumber menjalin kemitraan erat dengan Desa Pucungrejo dan Desa Ngawen.

Awalnya, kerja sama berfokus pada mitigasi bencana, namun berkembang menjadi kolaborasi lintas bidang — mulai dari seni, budaya, hingga ekonomi kreatif. Warga dari ketiga desa rutin menggelar pertunjukan budaya, pelatihan kesenian, hingga kegiatan sosial bersama.

Filosofi “Seduluran Selawase” juga melahirkan berbagai inovasi inklusif. Melalui Program Pionnir (Partner of Inclusion), kelompok disabilitas dilibatkan aktif dalam sistem penanggulangan bencana. Mereka ikut dalam simulasi evakuasi, pelatihan kesiapsiagaan, bahkan tampil dalam pementasan ketoprak bertema kebencanaan.

Hasilnya nyata. Desa Sumber kini diakui sebagai salah satu desa tangguh bencana terbaik di Kabupaten Magelang.

Selain lebih siap secara teknis, masyarakat juga semakin solid dan percaya diri menghadapi ancaman Merapi.

“Ketika Merapi aktif, warga tidak lagi panik. Semua sudah tahu harus ke mana dan apa yang dilakukan,” tutur Eko.

Lebih dari sekadar mitigasi, Paseduluran Desa membangun rasa persaudaraan dan empati lintas wilayah. Filosofi Seduluran Selawase telah mengubah wajah Desa Sumber — dari yang dulu rawan menjadi simbol gotong royong dan kesiapsiagaan berbasis hati nurani