Unik! Di Temanggung, Nama RT Bukan Angka tapi Hari: Ada RT Senin hingga RT Minggu

Nama RT di Batursari Temanggung pakai nama hari
Sumber :
  • Pemkab Temanggung

Dusun Batursari, Temanggung, memiliki tradisi unik menamai RT dengan nama hari—dari RT Senin hingga RT Minggu. Tradisi ini sudah ada sejak 60 tahun lalu dan masih lestari

Viva, Banyumas - Di saat sebagian besar wilayah Indonesia menamai Rukun Tetangga (RT) dengan angka seperti RT 1, RT 2, dan seterusnya, Dusun Batursari di Desa Tleter, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung justru memiliki cara yang sangat unik.

Warga di dusun ini menamai setiap RT dengan nama-nama hari, mulai dari RT Senin hingga RT Minggu. Tradisi ini bukan hal baru.

Menurut Kasdi, Kepala Dusun Batursari, kebiasaan menamai RT dengan nama hari sudah berlangsung selama lebih dari 60 tahun.

Penamaan tersebut muncul sebagai bentuk kearifan lokal yang lahir dari kesepakatan warga.

“Kalau di tempat lain pakai angka, di sini pakai nama hari. Jadi ada RT Senin, RT Selasa, RT Rabu, sampai RT Minggu. Sudah ada sejak zaman orang tua kami dulu,” jelas Kasdi saat ditemui, Selasa (14/10/2025) dikutip dari Pemkab Temanggung.

Asal-usul penamaan ini ternyata memiliki sejarah panjang. Sekitar tahun 1928, wilayah Tleter pernah dilanda bencana tanah longsor pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.

Setelah kejadian itu, sejumlah warga berpindah dan mendirikan pemukiman baru yang kini dikenal sebagai Dusun Batursari.

Karena pada masa itu tingkat pendidikan masyarakat masih terbatas, penggunaan angka untuk menyebut RT dinilai membingungkan. Untuk memudahkan pengingat, warga akhirnya sepakat menggunakan nama hari sebagai identitas setiap RT.

“Nuwun sewu, zaman dulu kan belum banyak yang bisa baca tulis. Jadi supaya mudah diingat, digunakanlah nama hari,” ujar Kasdi menambahkan.

Menariknya, hingga kini sistem penamaan unik ini tetap dipertahankan, meski secara administrasi formal masih menggunakan penomoran RT 1 hingga RT 7.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, warga lebih akrab dengan penyebutan “RT Kamis” atau “RT Sabtu” daripada RT 4 atau RT 6.

Dusun Batursari sendiri memiliki sekitar 500 jiwa penduduk, terdiri dari 230 Kepala Keluarga (KK) dengan 146 rumah.

Mayoritas warga berprofesi sebagai petani kopi dan peternak, sementara hanya sekitar lima persen yang bekerja sebagai pegawai pemerintah.

Tradisi ini tidak hanya menunjukkan kearifan lokal, tetapi juga menggambarkan identitas sosial yang kuat antarwarga.

Penggunaan nama hari membuat komunikasi lebih hangat dan mencerminkan kebersamaan khas masyarakat pedesaan di Temanggung.

Dengan keunikan ini, Dusun Batursari kini menjadi salah satu contoh warisan budaya lokal yang masih hidup dan dijaga dengan penuh kebanggaan oleh warganya — bukti bahwa kearifan sederhana dapat menjadi identitas yang tak lekang oleh waktu

Dusun Batursari, Temanggung, memiliki tradisi unik menamai RT dengan nama hari—dari RT Senin hingga RT Minggu. Tradisi ini sudah ada sejak 60 tahun lalu dan masih lestari

Viva, Banyumas - Di saat sebagian besar wilayah Indonesia menamai Rukun Tetangga (RT) dengan angka seperti RT 1, RT 2, dan seterusnya, Dusun Batursari di Desa Tleter, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung justru memiliki cara yang sangat unik.

Warga di dusun ini menamai setiap RT dengan nama-nama hari, mulai dari RT Senin hingga RT Minggu. Tradisi ini bukan hal baru.

Menurut Kasdi, Kepala Dusun Batursari, kebiasaan menamai RT dengan nama hari sudah berlangsung selama lebih dari 60 tahun.

Penamaan tersebut muncul sebagai bentuk kearifan lokal yang lahir dari kesepakatan warga.

“Kalau di tempat lain pakai angka, di sini pakai nama hari. Jadi ada RT Senin, RT Selasa, RT Rabu, sampai RT Minggu. Sudah ada sejak zaman orang tua kami dulu,” jelas Kasdi saat ditemui, Selasa (14/10/2025) dikutip dari Pemkab Temanggung.

Asal-usul penamaan ini ternyata memiliki sejarah panjang. Sekitar tahun 1928, wilayah Tleter pernah dilanda bencana tanah longsor pada masa pemerintahan Hindia-Belanda.

Setelah kejadian itu, sejumlah warga berpindah dan mendirikan pemukiman baru yang kini dikenal sebagai Dusun Batursari.

Karena pada masa itu tingkat pendidikan masyarakat masih terbatas, penggunaan angka untuk menyebut RT dinilai membingungkan. Untuk memudahkan pengingat, warga akhirnya sepakat menggunakan nama hari sebagai identitas setiap RT.

“Nuwun sewu, zaman dulu kan belum banyak yang bisa baca tulis. Jadi supaya mudah diingat, digunakanlah nama hari,” ujar Kasdi menambahkan.

Menariknya, hingga kini sistem penamaan unik ini tetap dipertahankan, meski secara administrasi formal masih menggunakan penomoran RT 1 hingga RT 7.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, warga lebih akrab dengan penyebutan “RT Kamis” atau “RT Sabtu” daripada RT 4 atau RT 6.

Dusun Batursari sendiri memiliki sekitar 500 jiwa penduduk, terdiri dari 230 Kepala Keluarga (KK) dengan 146 rumah.

Mayoritas warga berprofesi sebagai petani kopi dan peternak, sementara hanya sekitar lima persen yang bekerja sebagai pegawai pemerintah.

Tradisi ini tidak hanya menunjukkan kearifan lokal, tetapi juga menggambarkan identitas sosial yang kuat antarwarga.

Penggunaan nama hari membuat komunikasi lebih hangat dan mencerminkan kebersamaan khas masyarakat pedesaan di Temanggung.

Dengan keunikan ini, Dusun Batursari kini menjadi salah satu contoh warisan budaya lokal yang masih hidup dan dijaga dengan penuh kebanggaan oleh warganya — bukti bahwa kearifan sederhana dapat menjadi identitas yang tak lekang oleh waktu