Skandal Naturalisasi Malaysia, Pemain Filipina Patrick Reichelt:Saya Tahu Mereka Bukan Orang Malaysia

Pemain Filipina Patrick Reichelt kritik skandal Malaysia
Sumber :
  • instagram @patrick_reichelt

Patrick Reichelt menanggapi skandal naturalisasi Malaysia dengan tegas. Ia mengaku sudah lama tahu tujuh pemain bukan orang Malaysia. FIFA kini menjatuhkan sanksi berat

Viva, Banyumas - Skandal naturalisasi yang menimpa Timnas Malaysia terus menjadi sorotan publik Asia Tenggara. Setelah FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi Harimau Malaya pada Jumat (26/9/2025), muncul reaksi dari berbagai pihak, termasuk pemain senior Timnas Filipina, Patrick Reichelt.

Dalam pernyataan di akun X pribadinya, winger berusia 37 tahun itu mengaku tidak terkejut dengan terbongkarnya kasus pemalsuan dokumen yang melibatkan tujuh pemain Malaysia.

“Terkejut mereka terekspos, tapi tidak kaget mereka bukan orang Malaysia,” tulis Reichelt. Reichelt menegaskan bahwa dirinya sudah lama mengetahui status para pemain tersebut. Ia merasa kasus ini hanya tinggal menunggu waktu hingga akhirnya terungkap ke publik.

Bahkan, menurutnya, ironis bahwa skandal besar seperti ini bisa terjadi di era sepak bola modern yang penuh dengan sistem verifikasi ketat. Seperti diketahui, tujuh pemain yang terseret dalam skandal ini adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Garcés, Rodrigo Holgado, Imanol Javier Machuca, João Vitor Brandão Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui, dan Héctor Alejandro Hevel Serrano. Mereka dinyatakan melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dokumen.

FIFA pun menjatuhkan hukuman berat: FAM didenda CHF 350.000 (sekitar Rp73 miliar), sedangkan tujuh pemain masing-masing harus membayar denda CHF 2.000 (sekitar Rp41 juta). Selain itu, para pemain dilarang mengikuti kegiatan sepak bola selama 12 bulan penuh.

Meski mengkritik keras praktik naturalisasi ilegal, Patrick Reichelt juga menyampaikan rasa sedihnya. Ia mengaku sudah jatuh cinta dengan Malaysia karena pernah lama berkarier di Negeri Jiran bersama klub Kuala Lumpur dan Melaka United.

“Setelah tinggal di Malaysia bertahun-tahun dan jatuh cinta pada negara ini, sungguh menyedihkan melihat mereka merasa perlu melakukan hal-hal seperti ini, padahal ada begitu banyak talenta sepak bola Malaysia sejati,” ujarnya.

Komentar Reichelt menambah sorotan terhadap FAM, yang kini dinilai gagal menjaga integritas dan kredibilitas sepak bola nasional.

Publik menanti tindak lanjut dari Pengadilan Sepak Bola FIFA, yang masih berpotensi memberikan konsekuensi tambahan atas kasus ini. Kasus ini menjadi pelajaran besar bahwa strategi instan lewat naturalisasi ilegal justru bisa menghancurkan reputasi sepak bola.

Transparansi, pengembangan pemain lokal, dan kepatuhan pada aturan FIFA menjadi kunci agar sepak bola Asia Tenggara bisa berkembang dengan sehat

Patrick Reichelt menanggapi skandal naturalisasi Malaysia dengan tegas. Ia mengaku sudah lama tahu tujuh pemain bukan orang Malaysia. FIFA kini menjatuhkan sanksi berat

Viva, Banyumas - Skandal naturalisasi yang menimpa Timnas Malaysia terus menjadi sorotan publik Asia Tenggara. Setelah FIFA resmi menjatuhkan sanksi kepada Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain naturalisasi Harimau Malaya pada Jumat (26/9/2025), muncul reaksi dari berbagai pihak, termasuk pemain senior Timnas Filipina, Patrick Reichelt.

Dalam pernyataan di akun X pribadinya, winger berusia 37 tahun itu mengaku tidak terkejut dengan terbongkarnya kasus pemalsuan dokumen yang melibatkan tujuh pemain Malaysia.

“Terkejut mereka terekspos, tapi tidak kaget mereka bukan orang Malaysia,” tulis Reichelt. Reichelt menegaskan bahwa dirinya sudah lama mengetahui status para pemain tersebut. Ia merasa kasus ini hanya tinggal menunggu waktu hingga akhirnya terungkap ke publik.

Bahkan, menurutnya, ironis bahwa skandal besar seperti ini bisa terjadi di era sepak bola modern yang penuh dengan sistem verifikasi ketat. Seperti diketahui, tujuh pemain yang terseret dalam skandal ini adalah Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Garcés, Rodrigo Holgado, Imanol Javier Machuca, João Vitor Brandão Figueiredo, Jon Irazábal Iraurgui, dan Héctor Alejandro Hevel Serrano. Mereka dinyatakan melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dokumen.

FIFA pun menjatuhkan hukuman berat: FAM didenda CHF 350.000 (sekitar Rp73 miliar), sedangkan tujuh pemain masing-masing harus membayar denda CHF 2.000 (sekitar Rp41 juta). Selain itu, para pemain dilarang mengikuti kegiatan sepak bola selama 12 bulan penuh.

Meski mengkritik keras praktik naturalisasi ilegal, Patrick Reichelt juga menyampaikan rasa sedihnya. Ia mengaku sudah jatuh cinta dengan Malaysia karena pernah lama berkarier di Negeri Jiran bersama klub Kuala Lumpur dan Melaka United.

“Setelah tinggal di Malaysia bertahun-tahun dan jatuh cinta pada negara ini, sungguh menyedihkan melihat mereka merasa perlu melakukan hal-hal seperti ini, padahal ada begitu banyak talenta sepak bola Malaysia sejati,” ujarnya.

Komentar Reichelt menambah sorotan terhadap FAM, yang kini dinilai gagal menjaga integritas dan kredibilitas sepak bola nasional.

Publik menanti tindak lanjut dari Pengadilan Sepak Bola FIFA, yang masih berpotensi memberikan konsekuensi tambahan atas kasus ini. Kasus ini menjadi pelajaran besar bahwa strategi instan lewat naturalisasi ilegal justru bisa menghancurkan reputasi sepak bola.

Transparansi, pengembangan pemain lokal, dan kepatuhan pada aturan FIFA menjadi kunci agar sepak bola Asia Tenggara bisa berkembang dengan sehat