Tiga Tahun Pasca Longsor Kalongan, Jalan Ungaran–Demak Kini Jadi Jurang Puluhan Meter

Suasana Longsor Desa Kalongan, Ungaran Timur, Semarang
Sumber :
  • tvonenews

VIVA, Banyumas – Tiga tahun lebih telah berlalu sejak longsor hebat melanda Dusun Bandungan, Desa Kalongan, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang pada Februari 2022.

Muncul Nama Baru, Rekan Senegara STY Diisukan Tangani Timnas Indonesia Andai Patrick Kluivert Out

Jalan utama yang dulu menjadi penghubung vital Ungaran–Demak kini berubah menjadi jurang terbuka sedalam puluhan meter.

Warga hidup dalam bayang-bayang ancaman pergeseran tanah susulan. Meski statusnya tak lagi darurat akut, potensi pergerakan masih nyata.

Bupati Banyumas Ungkap Gebyar Pendidikan Nonformal Jadi Kunci Kurangi Anak Tak Sekolah

Pemerintah daerah dan pusat kini bersinergi untuk menemukan solusi permanen demi keselamatan masyarakat.

Melansir dari tvonenews, pemerintah Kabupaten Semarang bersama instansi pusat dan provinsi terus meninjau langkah terbaik agar longsor di Kalongan tak makin melebar dan mendekati pemukiman.

Pasukan Pakistan dan Afghanistan Bentrok di Perbatasan Khost

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Valeanto Soekendro menyatakan Pemkab telah melakukan konsultasi intensif dengan BNPP, Kementerian PU, serta pihak ESDM Jawa Tengah.

Dari kajian teknis, ditemukan fakta penting: tepat di bawah titik longsor terdapat mata air besar yang menjaga kelembapan tanah dan memicu pergeseran. 

Menurut Soekendro, walaupun pergerakan turun-tanah tak secepat dulu, masih ada perpindahan manakala hujan besar.

Ia memproyeksikan bahwa tanah bisa bergerak sekitar 100–150 meter ke area sekitar titik longsor. 

Luas area terdampak mencapai 31,5 hektar dengan kemiringan curam sekitar 67 derajat dan tinggi sekitar 75 meter. 

Karena lokasi dianggap sangat berbahaya, akses ke area longsor kini ditutup total. Pemerintah daerah mengalihkan rute lalu lintas ke jalur alternatif agar mobilitas warga tetap terjaga. Soekendro menyebut pihaknya berniat menjadikan penutupan ini permanen demi keamanan. 

Warga sekitar, seperti Yuliyanto, menyatakan ketakutannya terutama jika hujan deras mengguyur. Longsor masa lalu masih membekas dalam ingatan mereka. “Karena longsor makin mendekati pemukiman, tentu kita waspada terutama musim hujan,” katanya. 

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Semarang Alexander Gunawan Tribiantoro menyebut bahwa wilayah longsor kini telah memasuki tahap rehabilitasi konstruksi, bukan lagi status darurat akut.

Namun langkah mitigasi tetap diteruskan — rekonstruksi, rehabilitasi, atau strategi lain yang paling tepat masih dikaji. 

Gunawan mencatat fenomena tanah bergerak tidak hanya di Kalongan, melainkan juga di titik lain seperti Jlamprang (Desa Gemawang) dan Dusun Sedono (Genting, Kecamatan Jambu).

Di sekitar titik longsor, telah dipasang sistem Emergency Breathing Systems (EBS) sebagai antisipasi longsor susulan. 

Tragedi juga pernah terjadi: pada 7 Oktober 2024, tanah bergerak menimpa sebuah rumah di Dusun Tompo Gunung, Kalongan, menyebabkan satu orang tewas dan tiga lainnya luka-luka.

Peristiwa ini mengingatkan bahwa meski skala longsor tak sebesar dulu, ancaman nyata masih mengintai.