Donald Trump Ancam Rusia: Damai 50 Hari atau Kena Tarif 100 Persen!

Trump beri ultimatum keras untuk Rusia soal Ukraina
Sumber :
  • instagram @whitehouse

Viva, Banyumas - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang dunia internasional dengan pernyataan tegasnya terhadap Rusia. Dalam pertemuan resmi dengan Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte di Gedung Putih, Trump mengeluarkan ultimatum keras kepada Moskow terkait konflik berkepanjangan di Ukraina. Trump menegaskan bahwa Rusia harus menyepakati gencatan senjata dan menyelesaikan konflik Ukraina dalam waktu 50 hari.

Prabowo Saksikan Trump, Erdogan, dan Sisi Teken Perjanjian Damai Gaza di KTT Mesir 2025

Jika tidak, AS akan memberlakukan tarif sebesar 100 persen atas seluruh produk ekspor Rusia dan menerapkan sanksi sekunder yang menyasar negara atau entitas yang tetap menjalin kerja sama ekonomi dengan Moskow.

Langkah ini terutama akan difokuskan pada sektor energi, termasuk pembatasan ekspor minyak mentah Rusia, yang selama ini menjadi sumber utama pendapatan ekonomi negeri Beruang Merah.

Duka Mendalam: Pesenam Muda Indonesia Naufal Takdir Al Bari Tutup Usia di Rusia Ini Penyebabnya

Trump menganggap tekanan ekonomi sebagai alat paling efektif untuk memaksa Kremlin kembali ke meja perundingan. Dikutip dari laman Reuters, Ancaman ini muncul di tengah situasi geopolitik yang kian memanas menjelang pemilu di AS.

Trump ingin menunjukkan sikap tegas terhadap negara-negara yang dianggap membahayakan stabilitas global, sembari memperkuat posisi Amerika sebagai pemimpin dunia yang tak bisa diabaikan.

UEFA Bahas Sanksi Israel, Trump Bergerak Halangi Keputusan FIFA Cegah Israel Didepak dari Sepak Bola Internasional

Respons dari pihak Rusia tak kalah menarik. Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyebut ancaman Trump sebagai “ultimatum teatrikal.”

Ia menyatakan bahwa Rusia tidak gentar dengan sanksi tambahan dan menyebut tekanan semacam itu sudah menjadi “makanan sehari-hari” bagi negaranya. Pernyataan Medvedev tersebut menjadi tanggapan resmi pertama dari Moskow pasca-ultimatum Trump.

Halaman Selanjutnya
img_title