Kisah Ayu, Guru SMK dipecat Usai Bela Banjarnegara di PORPROV Jateng 2025

Ilustrasi Guru SMK Banjarnegara Dipecat
Sumber :
  • Pexel @ Biong Abdalla

Potret Wahyu Endang Pinasti atau Ayu, guru SMK yang juga atlet sepak takraw, diberhentikan sekolah usai membela Banjarnegara di ajang PORPROV Jateng 2025

Warga Antusias Ikuti Ngopi Bareng Satlantas Banjarnegara, Ini yang Dibahas

Viva, Banyumas - Perjuangan seorang atlet kerap diwarnai pengorbanan besar, termasuk dalam hal pekerjaan. Hal itu dialami Wahyu Endang Pinasti, atau akrab disapa Ayu, guru Bahasa Indonesia di salah satu SMK swasta Banjarnegara.

Ayu diberhentikan secara mendadak oleh pihak sekolah setelah dirinya mengikuti kualifikasi Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Jawa Tengah 2025 cabang olahraga Sepak Takraw. Ayu bukan sosok baru di dunia olahraga.

Razia Senyap di Rutan Banjarnegara: Petugas Amankan Barang Mencurigakan dari Kamar Tahanan

Ia dikenal sebagai atlet profesional yang memperkuat PSTI Banjarnegara. Demi membela daerahnya, Ayu mengajukan izin dispensasi pada akhir Agustus 2025 untuk mengikuti Training Center (TC) sekaligus kualifikasi PORPROV.

Izin itu awalnya telah disetujui kepala sekolah, bahkan Ayu mengaku mendapat doa restu. Dikutip dari akun Instagram @infoseputarbanjarnegara, Ayu mengatakan Semua tugas kelas sudah saya siapkan sebelum berangkat.

Kecelakaan Akibat Lubang Jalan Terjadi di Mandiraja Banjarnegara

Saat itu izin saya disetujui dan kepala sekolah mendoakan kesuksesan Namun, di tengah pelaksanaan TC pada 4 September 2025, Ayu justru mendapat panggilan dari pihak sekolah. Ia diminta menghadap kepala sekolah dan menerima kabar mengejutkan: izin yang diberikan dianggap terlalu lama, yakni 10 hari aktif.

Selain itu, kegiatan yang diikuti Ayu dinilai bukan atas nama sekolah, melainkan kepentingan kabupaten. Keputusan pemberhentian ini sontak memicu perhatian publik, terutama di kalangan dunia pendidikan dan olahraga.

Pasalnya, Ayu tidak hanya berperan sebagai guru, tetapi juga sebagai atlet yang berprestasi dan membawa nama baik daerah. Meski menghadapi kenyataan pahit, Ayu tetap menunjukkan sikap tegar. Ia menegaskan bahwa pilihannya membela Banjarnegara di PORPROV adalah bentuk tanggung jawab sebagai atlet daerah.

Menurutnya, olahraga adalah bagian dari dedikasi yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kasus Ayu menimbulkan pertanyaan besar tentang dukungan institusi pendidikan terhadap guru yang memiliki potensi dan prestasi di bidang lain.

Banyak pihak menilai seharusnya sekolah memberi ruang apresiasi, bukan justru menjatuhkan sanksi berat. Hingga kini, suara dukungan kepada Ayu terus mengalir, baik dari rekan sesama guru, komunitas olahraga, hingga masyarakat Banjarnegara.

Mereka berharap ada solusi terbaik agar Ayu bisa tetap berkarier di dunia pendidikan tanpa harus mengorbankan kiprahnya sebagai atlet.

Kisah Ayu menjadi cerminan bahwa masih diperlukan sinergi kuat antara dunia pendidikan dan olahraga. Sebab, keduanya sejatinya dapat berjalan beriringan untuk melahirkan generasi muda berprestasi