Rute Trans Jateng Jepara Pati Dipangkas dari 80 Km menjadi 40 Km Ini Penyebabnya
- instagram @brttransjateng
Rute Trans Jateng Jepara–Pati dipangkas dari 80 km menjadi 40 km. Kajian masih berlangsung, namun proyek ini diharapkan tetap hadir sebagai solusi kemacetan dan transportasi efisien di Jekuti
Viva, Banyumas - Harapan warga Jepara dan Pati untuk segera menikmati layanan transportasi cepat Trans Jateng harus sedikit tertunda. Proyek Bus Rapid Transit (BRT) aglomerasi wilayah Jepara–Kudus–Pati (Jekuti), yang diharapkan mampu mengurai kemacetan dan mempercepat mobilitas masyarakat, kini menghadapi revisi besar pada panjang rutenya.
Dikutip dari laman Instagram @jeparakekinian, Dalam studi terbaru yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, rute Trans Jateng yang semula diusulkan sepanjang 80 kilometer kini dipangkas menjadi hanya 40 kilometer.
Pemangkasan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan efisiensi anggaran subsidi dan efektivitas operasional sistem transportasi berbasis BRT.
Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, Sumber Daya Alam, dan Kewilayahan (PISDAK) Bapperida Jepara, Dwi Yogo Adiwibowo, menjelaskan bahwa keputusan pemangkasan rute tersebut didasarkan pada hasil sementara kajian teknis.
Menurutnya, penetapan koridor akhir baru akan dilakukan setelah studi provinsi selesai pada akhir tahun ini. Dengan panjang rute yang kini hanya 40 kilometer, layanan BRT aglomerasi Jekuti diperkirakan belum bisa menjangkau pusat kota Jepara.
Titik akhir sementara akan berhenti di wilayah Kecamatan Pecangaan. Di sisi lain, beberapa terminal utama di wilayah Pati juga belum masuk dalam lintasan yang direncanakan. Data dari Bapperida Jepara menunjukkan bahwa pertumbuhan kendaraan di kawasan Jekuti meningkat rata-rata 4,28 persen per tahun selama 2020–2024.
Namun, jumlah angkutan umum justru menurun hingga 15 persen. Kondisi ini memperlihatkan kebutuhan mendesak akan transportasi massal yang efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau bagi masyarakat.
Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa minat terbesar terhadap layanan Trans Jateng datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa (35 persen), serta buruh (25 persen). Sebaliknya, pedagang kecil dinilai kurang berminat karena aktivitas mereka membutuhkan mobilitas fleksibel.
Meskipun masih dalam tahap kajian, keberadaan BRT Trans Jateng diharapkan dapat menjadi solusi nyata terhadap kemacetan yang kian meningkat di jalur Jepara–Kudus–Pati. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan provinsi agar rencana ini bisa terealisasi dengan optimal, tanpa mengorbankan akses bagi warga di wilayah pinggiran.
Jika hasil kajian final telah diterbitkan, tahapan berikutnya akan berfokus pada penentuan rute akhir, penyiapan halte, integrasi sistem tiket elektronik, dan pelatihan sumber daya manusia untuk pengoperasian BRT.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa pembangunan transportasi publik modern di Jawa Tengah, khususnya kawasan Jekuti, sedang bergerak ke arah yang lebih terukur, berkelanjutan, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat
Rute Trans Jateng Jepara–Pati dipangkas dari 80 km menjadi 40 km. Kajian masih berlangsung, namun proyek ini diharapkan tetap hadir sebagai solusi kemacetan dan transportasi efisien di Jekuti
Viva, Banyumas - Harapan warga Jepara dan Pati untuk segera menikmati layanan transportasi cepat Trans Jateng harus sedikit tertunda. Proyek Bus Rapid Transit (BRT) aglomerasi wilayah Jepara–Kudus–Pati (Jekuti), yang diharapkan mampu mengurai kemacetan dan mempercepat mobilitas masyarakat, kini menghadapi revisi besar pada panjang rutenya.
Dikutip dari laman Instagram @jeparakekinian, Dalam studi terbaru yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, rute Trans Jateng yang semula diusulkan sepanjang 80 kilometer kini dipangkas menjadi hanya 40 kilometer.
Pemangkasan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan efisiensi anggaran subsidi dan efektivitas operasional sistem transportasi berbasis BRT.
Kepala Bidang Perekonomian, Infrastruktur, Sumber Daya Alam, dan Kewilayahan (PISDAK) Bapperida Jepara, Dwi Yogo Adiwibowo, menjelaskan bahwa keputusan pemangkasan rute tersebut didasarkan pada hasil sementara kajian teknis.
Menurutnya, penetapan koridor akhir baru akan dilakukan setelah studi provinsi selesai pada akhir tahun ini. Dengan panjang rute yang kini hanya 40 kilometer, layanan BRT aglomerasi Jekuti diperkirakan belum bisa menjangkau pusat kota Jepara.
Titik akhir sementara akan berhenti di wilayah Kecamatan Pecangaan. Di sisi lain, beberapa terminal utama di wilayah Pati juga belum masuk dalam lintasan yang direncanakan. Data dari Bapperida Jepara menunjukkan bahwa pertumbuhan kendaraan di kawasan Jekuti meningkat rata-rata 4,28 persen per tahun selama 2020–2024.
Namun, jumlah angkutan umum justru menurun hingga 15 persen. Kondisi ini memperlihatkan kebutuhan mendesak akan transportasi massal yang efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau bagi masyarakat.
Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa minat terbesar terhadap layanan Trans Jateng datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa (35 persen), serta buruh (25 persen). Sebaliknya, pedagang kecil dinilai kurang berminat karena aktivitas mereka membutuhkan mobilitas fleksibel.
Meskipun masih dalam tahap kajian, keberadaan BRT Trans Jateng diharapkan dapat menjadi solusi nyata terhadap kemacetan yang kian meningkat di jalur Jepara–Kudus–Pati. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan provinsi agar rencana ini bisa terealisasi dengan optimal, tanpa mengorbankan akses bagi warga di wilayah pinggiran.
Jika hasil kajian final telah diterbitkan, tahapan berikutnya akan berfokus pada penentuan rute akhir, penyiapan halte, integrasi sistem tiket elektronik, dan pelatihan sumber daya manusia untuk pengoperasian BRT.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa pembangunan transportasi publik modern di Jawa Tengah, khususnya kawasan Jekuti, sedang bergerak ke arah yang lebih terukur, berkelanjutan, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat