Geger! Potret Spanduk Berteriak pada Jalan Rusak di Cikalong Gumelar, Banyumas

Spanduk jalan rusak di Cikalong Gumelar, Banyumas
Sumber :
  • Tangkapan layar/ Facebook Riswo Mulyadi

Banyumas –Beredar potret kondisi memilukan keluhan warga saat peringatan HUT RI ke-80 di Kabupaten Banyumas.

Data Terbaru Sigaokmas: Harga Beras dan Bawang Naik Lagi di Banyumas, Tapi Daging Turun Ini Daftar Lengkapnya!

Dilansir dari akun Facebook Riswo Mulyadi membagikan potret sejumlah spanduk bernada keluhan jalan rusak.

Adapun spanduk tersebut dipasang di atas jalan kabupaten di Grumbul Cikalong, Desa Cilangkap, Kecamatan Gumelar.

Kisah Mencekam ABK Kapal Ikan Banyumas yang Meledak di Samudera Hindia: Sempat Padamkan Api, Tiba Tiba Meledak

Postingan tersebut langsung viral di media sosial.

Unggahan viral tersebut antara lain terlihat di akun Facebook Riswo Mulyadi yang menyuarakan ramainya unggahan foto spanduk di salah satu desa di Kecamatan Gumelar tersebut.

Warga Banyumas Cemas! Bangunan Ponpes 4 Lantai di Grendeng Diduga Tak Kantongi IMB Khawatir Seperti Ponpes Al Khoziny

Bahkan dalam unggahan memberikan keterangan menyentuh.

"Kadang, suara rakyat tidak datang dari podium, seminar, atau mimbar pejabat. la muncul dari selembar spanduk, dicetak terburu-buru, lalu dibentangkan di jalan yang melintasi desa dengan kondisi aspal terkelupas. Bukan sekadar hiasan 17 Agustus, tapi jeritan yang sengaja dipasang tepat di hadapan mata, agar tidak bisa diabaikan," tulis keterangan dalam akun tersebut.

Di Cikalong, bendera merah putih berkibar di sebelah tulisan-tulisan yang menusuk: "DI UKAR UKUR SEBENERE JALAN INI MAU DI ASPAL ATAU MAU DI JUAL". 

Itu bukan sekadar kalimat, bisa dibilang tudingan. 

Hal tersebut bisa jadi pengingat bahwa janji pembangunan sering diukur bukan dengan panjang jalan, tapi dengan panjang daftar kepentingan.

Spanduk-spanduk ini adalah koran rakyat, edisi terbuka, tanpa redaksi, tanpa sensor. 

Bahasanya lugas, nyinyir, tapi jujur. la tidak menunggu rapat paripurna atau sidang APBD.

Ataupun menyalip di tikungan, memaksa siapapun yang lewat membaca, lalu pulang dengan kepala penuh tanya: siapa yang kita rayakan di Hari Kemerdekaan ini?

Di sini, kemerdekaan bukan sekadar tentang berkibar di angin, tapi tentang apakah roda kendaraan bisa berputar tanpa terperosok di lubang yang sama, tahun demi tahun