Rute Trans Jateng Jepara Pati Dipangkas dari 80 Km menjadi 40 Km Ini Penyebabnya
- instagram @brttransjateng
Namun, jumlah angkutan umum justru menurun hingga 15 persen. Kondisi ini memperlihatkan kebutuhan mendesak akan transportasi massal yang efisien, ramah lingkungan, dan terjangkau bagi masyarakat.
Hasil survei lapangan menunjukkan bahwa minat terbesar terhadap layanan Trans Jateng datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa (35 persen), serta buruh (25 persen). Sebaliknya, pedagang kecil dinilai kurang berminat karena aktivitas mereka membutuhkan mobilitas fleksibel.
Meskipun masih dalam tahap kajian, keberadaan BRT Trans Jateng diharapkan dapat menjadi solusi nyata terhadap kemacetan yang kian meningkat di jalur Jepara–Kudus–Pati. Pemerintah daerah berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan provinsi agar rencana ini bisa terealisasi dengan optimal, tanpa mengorbankan akses bagi warga di wilayah pinggiran.
Jika hasil kajian final telah diterbitkan, tahapan berikutnya akan berfokus pada penentuan rute akhir, penyiapan halte, integrasi sistem tiket elektronik, dan pelatihan sumber daya manusia untuk pengoperasian BRT.
Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa pembangunan transportasi publik modern di Jawa Tengah, khususnya kawasan Jekuti, sedang bergerak ke arah yang lebih terukur, berkelanjutan, dan berpihak pada kebutuhan masyarakat.