Buku Hilang, Pojok Baca Sepi: Program Literasi Cilacap Mulai Gagal Fungsi
- Tiktok @amilaaisyah
Program pojok baca Cilacap dinilai belum efektif. Banyak buku hilang karena kurang pengawasan. Pemerintah berencana revitalisasi dan digitalisasi untuk memperkuat literasi
Viva, Banyumas - Upaya Pemerintah Kabupaten Cilacap dalam meningkatkan literasi masyarakat melalui program pojok baca kini menghadapi tantangan serius.
Sejumlah pojok baca yang ditempatkan di ruang publik justru dinilai tidak efektif dan mulai kehilangan fungsinya karena lemahnya sistem pengawasan serta tidak adanya pengelola khusus di lapangan.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Perpustakaan Dinas Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Cilacap, Ngadiyo, menjelaskan bahwa pojok baca awalnya dirancang untuk mendekatkan bahan bacaan dengan masyarakat.
Koleksi buku diletakkan di titik strategis seperti terminal, taman kota, dan ruang tunggu pelayanan publik agar mudah dijangkau siapa saja. Namun, realitas di lapangan menunjukkan banyak koleksi buku yang hilang dan tidak kembali.
Dikutip dari laman Instagram @cilacap_kekinian, Ngadiyo mengungkapkan Pojok baca ini tujuannya bagus, yaitu mendekatkan masyarakat dengan bahan bacaan. Tapi karena tidak ada petugas yang mengawasi, buku-buku sering dibawa pulang dan tidak dikembalikan.
Ia menambahkan, kendala utama pojok baca adalah ketiadaan sistem kontrol dan pencatatan yang jelas.
Tanpa pengelola di lokasi, buku yang dipinjam tidak dapat dilacak. Akibatnya, stok buku di beberapa titik menurun drastis. Selain itu, muncul kekhawatiran bahwa beberapa pojok baca justru disalahgunakan.
Ada laporan buku rusak, ruang pojok baca dijadikan tempat nongkrong, bahkan fasilitasnya tidak terawat. Kondisi ini menunjukkan bahwa program tersebut perlu evaluasi mendalam agar tetap relevan dan berkelanjutan.
Menurut Ngadiyo, Dinas Arsip dan Perpustakaan Cilacap berencana melakukan revitalisasi program pojok baca dengan menggandeng komunitas literasi dan relawan lokal.
Langkah ini diharapkan bisa memperkuat pengawasan serta membangun kembali budaya baca di masyarakat. Harapannya, nanti setiap pojok baca memiliki relawan pengelola yang bisa mencatat sirkulasi buku dan menjaga fasilitas agar tetap layak digunakan.
Selain pengawasan, dinas juga menyiapkan strategi digitalisasi literasi melalui e-library berbasis aplikasi. Dengan begitu, masyarakat tetap bisa mengakses bacaan tanpa bergantung sepenuhnya pada pojok baca fisik.
Meski menghadapi kendala, pemerintah daerah tetap berkomitmen untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Program literasi ini diharapkan tidak hanya menyediakan buku, tetapi juga membangun kebiasaan membaca sejak dini