6 Kebijakan Kontroversial yang Memicu Demo Besar-Besaran di Nepal hingga Jatuhnya Pemerintahan KP Sharma Oli

Ilustrasi demonstrasi
Sumber :
  • Freepik

4. Regulasi Digital yang Represif

Demo di Purbalingga: Aliansi Warga Layangkan 6 Tuntutan, Bupati Fahmi Temui Massa

Selain pemblokiran, pemerintah memberlakukan aturan baru yang mewajibkan platform digital untuk mendaftar dan menunjuk perwakilan resmi di Nepal. Kebijakan ini dipandang sebagai bentuk pengawasan berlebihan terhadap aktivitas online masyarakat, menambah kesan bahwa pemerintah ingin mengontrol ruang publik digital.

5. Represi Aparat terhadap Demonstran

Dari BBM Subsidi hingga Trans Jateng, Ini 4 Tuntutan Sopir Angkutan di Temanggung Demo Usai SE Bupati Terbit

Alih-alih meredam ketegangan, aparat keamanan menggunakan kekerasan dalam menangani aksi protes. Gas air mata, peluru karet, hingga tembakan senjata api menewaskan sedikitnya 19 orang. Tindakan represif ini semakin memicu kemarahan publik dan memperbesar skala demonstrasi.

6. Hilangnya Kepercayaan terhadap Kepemimpinan

Menuju 2027, Pemerintah Targetkan Guru SD Kuasai Bahasa Inggris Standar Internasional

Gabungan dari semua faktor di atas membuat rakyat kehilangan kepercayaan terhadap Perdana Menteri KP Sharma Oli. Ia dianggap gagal membawa perubahan dan justru semakin memperdalam krisis kepercayaan politik. Akhirnya, di tengah gelombang protes yang meluas, Oli mengundurkan diri.

Demonstrasi di Nepal menunjukkan bahwa generasi muda semakin berani menyuarakan haknya, terutama terkait kebebasan berekspresi, keadilan ekonomi, dan transparansi politik. Enam hal di atas menjadi bukti bahwa ketika pemerintah gagal mendengar suara rakyat, protes besar-besaran tidak dapat dihindari.